Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak besar bagi segala aspek kehidupan masyarakat, terlebih pada aspek kesehatan. Coronavirus tidak pandang bulu dalam menginfeksi tubuh penderitanya mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, bahkan lansia. Selain itu, ibu hamil dan menyusui juga tidak lepas dari bayang-bayang COVID-19. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control (CDC) sampai dengan 8 Januari 2021 terdapat sebanyak 9.545 kasus kelahiran dengan ibu terkonfirmasi COVID-19. Berbagai penelitian dan kebijakan telah dikeluarkan dan terus menerus diperbaharui terkait perlunya perpisahan ibu dan bayi selama ibu atau bayi masih terkonfirmasi COVID-19. Berbagai pertanyaan yang mengemuka adalah apakah inisiasi menyusui dini dapat tetap dilakukan? Apakah proses menyusui dapat tetap dilakukan? Dan bagaimana adaptasi dari proses menyusui?
Sampai dengan saat ini penularan secara langsung COVID-19 antara ibu dan bayi saat masih di dalam kandungan masih belum terbukti. Oleh karena itu, beberapa kebijakan memperbolehkan dilakukannya IMD atau Inisiasi Menyusui Dini antara ibu dan bayi dengan beberapa kriteria. Syarat diperbolehkannya IMD antara lain yaitu bila status ibu adalah kontak erat atau kasus suspek, dan dapat dipertimbangkan pada ibu dengan status kasus konfirmasi (hasil swab PCR COVID-19 positif) dengan tanpa gejala (asimptomatik) dan hanya jika kondisi ibu maupun bayi baru lahir dinyatakan stabil. Meskipun begitu, IMD dilakukan harus berdasarkan keputusan dari orangtua sebelum proses kelahiran dan dilakukan dengan mengutamakan pencegahan penularan COVID-19 yaitu ibu menggunakan APD minimal masker. Walau demikian, dengan beberapa pertimbangan dan keterbatasan fasilitas di tengah membludaknya kasus kelahiran dengan COVID-19, mendorong beberapa kebijakan tidak memperbolehkan dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) serta rawat gabung ibu dan bayi pasca persalinan ibu terkonfirmasi COVID-19 dengan pertimbangan pencegahan penularan langsung setelah kelahiran. Hal ini tentunya disesuaikan dengan fasilitas kesehatan dan kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga, berdampak pada adanya jeda perpisahan antara ibu dan bayi selama terkonfirmasi positif COVID-19 dikarenakan perawatan di RS.
Perpisahan antara ibu dan bayi akibat pandemi COVID-19 tersebut tentunya menimbulkan dampak psikis berupa kekhawatiran dan kecemasan pada mental ibu yang dapat menjadi sumber keresahan dan stres pada ibu pasca kelahiran. Jika dibiarkan berlanjut kondisi ini tidak hanya dapat berdampak pada ibu, namun juga akan berdampak pada bayi, salah satunya dikarenakan stres berlanjut dapat menurunkan produksi ASI ibu untuk bayinya. Oleh karenanya, dukungan emosional kepada ibu melahirkan dan menyusui sangat diperlukan baik itu melalui suami, keluarga, dan juga tenaga kesehatan, khususnya ners yang 24 jam berperan penuh dalam proses perawatan bayi sehat dan bayi sakit yang lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19.
Bagaimana dengan pemberian ASI selanjutnya? Tidak dilakukannya IMD bukan berarti membuat ibu tidak dapat memberikan ASI kepada bayi. Sebagian besar penelitian merekomendasikan bahwa ibu yang terkonfirmasi COVID-19 tetap dapat memberikan ASI secara langsung kepada bayi setelah lahir dengan tetap melakukan protokol kesehatan. Hal ini ditunjang oleh berbagai macam studi yang menemukan bahwa ASI tidak menjadi sarana transmisi COVID-19. Bahkan, studi terbaru yang sejalan dengan rekomendasi World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa ASI yang diproduksi oleh ibu yang terkonfirmasi COVID-19 memiliki beberapa komponen yang membantu melindungi bayi dari infeksi COVID-19. Beberapa diantaranya adalah antibodi imunoglobulin A (IgA) yang dapat menjadi salah satu komponen yang meningkatkan imunitas tubuh bayi dan juga kandungan lactoferrin yang memiliki efek antivirus sehingga mampu menghambat SARSCOV-2 berikatan di sel tubuh bayi.
Proses pemberian ASI dari ibu kepada bayi yang salah satunya terkonfirmasi COVID-19 dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku. Jika ibu hendak melakukan menyusui langsung, ibu harus memastikan personal hygiene, cuci tangan, serta menggunakan minimal masker bedah. Hal yang sama juga dilakukan saat ibu hendak melakukan pemerahan ASI. ASI Perah selanjutnya disimpan di lemari pendingin dengan memperhatikan ketentuan penyimpanan untuk kemudian dikirim ke fasilitas kesehatan jika bayi masih dalam proses perawatan.
Fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan ibu dan bayi terkonfirmasi COVID-19 juga harus mendukung proses dukungan perawatan ibu dan bayi meliputi dukungan konseling laktasi, diskusi perkembangan bayi, sampai dengan fasilitas berhubungan daring melalui ners yang berjaga untuk meningkatkan bonding ibu dan bayi yang harus dirawat terpisah. Rumah Sakit Universitas Indonesia sebagai salah satu RS Rujukan COVID-19 juga turut berperan dalam perawatan ibu dan bayi terkonfirmasi COVID-19 melalui asuhan keperawatan dengan konsep Family Centered Care. Orangtua dapat berkomunikasi dengan ners serta dokter anak melalui media daring. Ibu dan ayah dapat berdiskusi dan berkirim foto, video, maupun langsung bertatap muka via video call untuk melihat perkembangan bayi dan proses perawatan bayi, bahkan diberikan kesempatan untuk mengazankan bayi melalui daring di ruangan isolasi. Pemanfaatan teknologi oleh ners sebagai ‘contact pints’ atau sebagai perantara langsung interaksi orangtua dan bayi di NICU terbukti cukup efektif untuk meningkatkan komunikasi, menghilangkan stres akibat perawatan, yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan bayi. Untuk bayi prematur dengan status non-covid tetap didukung untuk memberikan perawatan metode kangguru langsung di ruang perawatan dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Semua ini dilakukan tidak lain untuk terus menunjang kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi terlebih pada pandemi COVID-19.
Terakhir, bila Anda ragu mengenai cara menyusui saat terkonfirmasi COVID-19, pastikan Anda jangan ragu untuk bertanya dan berkonsultasi lebih lanjut dengan tenaga kesehatan yang merawat di ruang perawatan atau kepada dokter di rawat jalan RSUI. Sebelumnya, juga dapat buat janji temu dengan dokter melalui website atau nomor telepon RSUI, dan sebaiknya memanfaatkan telekonsultasi bila tidak memungkinkan untuk datang ke RS.
Referensi:
Centers for Disease Control. (2021). Data on COVID-19 during Pregnancy: Severity of Maternal Illness. Accessed from https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/?CDC_AA_refVal=https%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Fcoronavirus%2F2019-ncov%2Fcases-updates%2Fspecial-populations%2Fpregnancy-data-on-covid-19.html#pregnant-population
Ceulemans, M., Foulon, V., Ngo, E., Panchaud, A., Winterfeld, U., Pomar, L., Lambelet, V., Cleary, B., O'Shaughnessy, F., Passier, A., Richardson, J. L., Hompes, T., & Nordeng, H. (2021). Mental health status of pregnant and breastfeeding women during the COVID-19 pandemic-A multinational cross-sectional study. Acta obstetricia et gynecologica Scandinavica, 10.1111/aogs.14092. Advance online publication. https://doi.org/10.1111/aogs.14092
Chu, H., Li, J., Yan, J., Bai, T., Schnabl, B., Zou, L., Yang, L., & Hou, X. (2020). Persistent SARS-CoV-2 RNA Positive in Feces but Negative in Breastmilk: A Case Report of COVID-19 in a Breastfeeding Patient. Frontiers in medicine, 7, 562700. https://doi.org/10.3389/fmed.2020.562700
Dumitriu, D., Emeruwa, U. N., Hanft, E., Liao, G. V., Ludwig, E., Walzer, L., Arditi, B., Saslaw, M., Andrikopoulou, M., Scripps, T., Baptiste, C., Khan, A., Breslin, N., Rubenstein, D., Simpson, L. L., Kyle, M. H., Friedman, A. M., Hirsch, D. S., Miller, R. S., Fernández, C. R., … Gyamfi-Bannerman, C. (2021). Outcomes of Neonates Born to Mothers With Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 Infection at a Large Medical Center in New York City. JAMA pediatrics, 175(2), 157–167. https://doi.org/10.1001/jamapediatrics.2020.4298
Epstein, E. G., Arechiga, J., Dancy, M., Simon, J., Wilson, D., & Alhusen, J. L. (2017). Integrative Review of Technology to Support Communication With Parents of Infants in the NICU. Journal of obstetric, gynecologic, and neonatal nursing : JOGNN, 46(3), 357–366. https://doi.org/10.1016/j.jogn.2016.11.019
Lebrão, C. W., Cruz, M. N., Silva, M., Dutra, L. V., Cristiani, C., Affonso Fonseca, F. L., & Suano-Souza, F. I. (2020). Early Identification of IgA Anti-SARSCoV-2 in Milk of Mother With COVID-19 Infection. Journal of human lactation : official journal of International Lactation Consultant Association, 36(4), 609–613. https://doi.org/10.1177/0890334420960433
Lubbe, W., Botha, E., Niela-Vilen, H., & Reimers, P. (2020). Breastfeeding during the COVID-19 pandemic - a literature review for clinical practice. International breastfeeding journal, 15(1), 82. https://doi.org/10.1186/s13006-020-00319-3
Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. (2020). Lima Organisasi Profesi.
Peroni, D. G., & Fanos, V. (2020). Lactoferrin is an important factor when breastfeeding and COVID-19 are considered. Acta paediatrica (Oslo, Norway : 1992), 109(10), 2139–2140. https://doi.org/10.1111/apa.15417
Sullivan, S. E., & Thompson, L. A. (2020). Best Practices for COVID-19-Positive or Exposed Mothers-Breastfeeding and Pumping Milk. JAMA pediatrics, 174(12), 1228. https://doi.org/10.1001/jamapediatrics.2020.3341
World Health Organization. Breastfeeding and COVID-19. Scientific brief 23 June 2020.
Sumber Artikel : https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/ibu-positif-covid-19-bolehkah-menyusui-bayi
Sumber foto: freepik.com
Penulis : Ns. Raudha Ilmi Farid, S.Kep